Aku merenungkan dan memikirkan banyak hal...
Aku membuka kamus dan mempelajari arti beberapa kata berikut ini:
Kodrat
Kodrat adalah sifat alamiah yang dibawa sejak sesuatu diciptakan.
Misalnya, pohon mangga tidak akan menghasilkan buah durian, karena kodratnya membuatnya menghasilkan buah mangga. Kita tidak akan menemukan penyimpangan dalam hal itu.
Kodrat kita tercetak dalam rantai genetik kita. Dalam DNA kita yang membawa sifat dari kedua orang tua kita.
Jika ayah Anda orang Jawa, ibu Anda juga, maka Anda tidak mungkin terlahir dengan karakteristik orang Papua, Arab, Cina ataupun Kaukasia.
Beberapa penyakit seperti phenylketon uria memang bisa merusak pigmen dan membuat kulit seseorang menjadi bule (putih). Ada beberapa binatang yang juga mengalami hal itu. Seorang teman yang cukup berada mengkoleksi beberapa binatang seperti kera putih, gagak putih, tupai, ular, dll...
Saya pernah melihat beberapa orang berkulit bule, berambut pirang, namun tulang dan perawakannya 100% tetap asia (Jawa). Penyakit ini pun diteruskan secara genetis.
Saya pernah bertanya apakah berarti semua orang bule kaukasia berpenyakit phenylketon uria ini. Ternyata tidak. Penylketon uria adalah penyakit yang mana tubuh tidak bisa menerima sejenis protein yaitu phenyl alanin. Dan berdampak pada pigmentasi kulit. Jika tubuh dipaksa mendapat sejumlah besar protein phenyl alanin, maka tubuh akan keracunan. Si penderita bisa mengalami kerusakan syaraf otak yang menyebabkan kematian atau kegilaan...
Bule Kaukasia hanyalah pigmen kulitnya hampir tidak ada.
Bagaimana dengan orientasi seksual?
Beberapa "ahli" dan terutama kaum agama menggolongkan GLBT sebagai penyakit atau pilihan.
Herannya dengan kemajuan teknologi pengobatan, seharusnya sudah dijual obat-obatan anti GLBT di apotik...
Pilihan atau gaya hidup? Aku tidak memilih gaya hidup seperti ini.
Bertahun-tahun berjuang, mengalami diskriminasi, penghinaan dan fitnah, aku akhirnya hanya bisa mengakui, Gay adalah Kodrat.
Dan aku terlahir sebagai gay.
Ngomong-omong aku pernah menjalani tes kesehatan untuk asuransi, aku menjadi pendonor darah, dan rutin mengecek berbagai hal, seperti kadar gula, virus, lemak, dll. Sepanjang yang aku lihat di list klinik tidak ada test untuk orientasi seksual.
Psikis?
Aku pernah pula mengikuti berbagai sesi dengan psikolog atau psikiater, hypnoteraphy, reprogramming, dsbnya. Hanya membuang uang. Ujung-ujungnya, hanya menjadi teraphy untuk mengurangi stress dan berdamai dengan diri kita sendiri yang memang gay ini.
Yang membuat tidak damai adalah diskriminasi dan intimidasi sosial.
Dosa
Perbuatan/tindakan yang melanggar hukum/norma yang ditetapkan Tuhan dalam kitab sucinya.
Semua ajaran Abrahamic (Yahudi, Kristen dan Islam, serta turunannya seperti Sikhisme, Baha'i, dsbnya) menggolongkan homoseksual sebagai tindakan dosa.
Aku begitu mempercayai hal ini hingga membaca perdebatan dan kontroversi science vs agama.
Aku melihat agama memuat keterangan-keterangan yang ambigu, dan penuh indoktrinasi sekalipun hal itu tidak masuk di nalar.
Banyak ayat yang "diartikan ulang" setelah iptek membuktikan pernyataan di kitab suci bertentangan dengan fakta alam, seperti bumi mengelilingi matahari, bumi lebih kecil dari matahari, manusia tidak tercipta dari tanah, dan bahkan manusia tidak tercipta hanya dari sepasang makhluk bernama Adam dan Hawa.
Varian genetis yang membentuk ras-ras manusia tidak mungkin dihasilkan oleh 2 kutub tunggal Adam dan Hawa, apalagi hanya dalam kurun waktu 10.000 tahun, bahkan 100.000 tahun sekalipun.
Jika kitab suci yang merupakan sabda dari yang menciptakan langit dan bumi memuat keterangan yang berbeda bahkan bertolak belakang dengan fakta alam semesta setelah dunia mengenal ilmu, maka semua pernyataan di kitab suci mungkin merupakan produk sosio budaya pada saat kitab itu dituliskan oleh nabinya atau pengikutnya, demi mengatur tatanan/pranata sosial, dengan mencatut zat ilahi yang serba maha itu, lengkap dengan ancaman siksa abadinya untuk menanamkan ketakutan dan kepatuhan.
Disinilah istilah dosa terlahir.
Dunia internet memperkuat paradigmaku atas istilah dosa ini, karena orang-orang abad kini pun melabelkan dosa menurut pandangan myopic mereka masing-masing.
Dan lucunya, kaum yang merasa paling agamis dan paling tahu mengenai dosa adalah yang paling sering melakukannya, dan paling pintar berdalih.
Aku tidak ingin membuat tulisan ini sebagai propaganda anti agama. Karena aku masih percaya adanya Tuhan. Aku cukup mengetahui bahwa gay adalah seleksi alami dan varian orientasi seksual semata. Dan banyak pemuka agama pun masuk dalam varian ini. Sebagian tetap memenuhi dorongan alami kebutuhan seks mereka, meskipun dengan diam-diam, menutup-nutupi dan bersifat munafik, sebagian lainnya bisa mengendalikan dan menyalurkannya ke kegiatan yang lebih baik.
Dunia memang sempurna dengan segala ketidaksempurnaannya.
Tuhan yang Maha Sempurna menciptakan seluruhnya sempurna dengan ketidaksempurnaannya.